ads

Pergerakan

Buruh

Nasional

Petani

Tips

Opini

Kapitalisme
RANINGNEWS - Kapitalisme ditinjau dari segi bahasa terdiri dari dua kata, yaitu capital yang berarti modal (bisa berupa barang atau uang yang digunakan untuk menghasilkan uang lagi) dan kata yang kedua yaitu isme yang sering kita maknai sebagai faham atau ajaran. Kapitalisme adalah sebuah nama yang diberikan terhadap system ekonomi, politik, social dan budaya, dimana alat-alat produksi, tanah, pabrik-pabrik dan lain-lain(modal) dikuasai oleh segelintir orang yaitu kelas kapitalis (pemilik modal) lalu digunakan untuk meraih kekuasaan politik, digunakan untuk membangun budaya komsumtif guna melanggengkan system kapitalis. Kelas kapitalis (Pemodal/pengusaha) hidup dari kepemilikan dan dominasinya atas alat-alat produksi. Sementara kelas-kelas lain (buruh) yang tidak menguasai alat produksi hidup dengan bekerja (menjual jenaga kerja) kepada kelas kapitalis (pemodal/pengusaha) untuk mendapat upah guna mempertahankan hidupnya.

Kepemilikan modal ataupun alat-alat produksi oleh para kaum kapitalis digunakan untuk membuat dan menghasilkan barang dari tenaga kelas buruh yang nantinya akan dijual kepasaran untuk mendapatkan untung. Keuntungan ini kemudian dipergunakan kembali untuk menambah modal mereka yang kemudian digunakan untuk memproduksi barang kembali, dijual ke pasaran lagi, dapat untung lagi, dan keuntungan akan digunakan kembali untuk menambah modal yang lebih besar yang tentunya akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar pula. Dan Begitu seterusnya. Karena atas dasar inilah bahwa tujuan dari kapitalis (Pemodal/pengusaha) adalah untuk mengakumulasikan capital (modal) secara terus menerus/mendapatkan keuntungan pribadi sebesar-besarnya. Penindasan mayoritas manusia oleh segelintir manusia lain.

Seperti teori dasar dari kapitalisme yang menyatakan dan menghendaki supaya sedapat mungkin dengan modal (capital) yang sekecil-kecilnya untuk medapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Jadi dalam dunia yang serba kapitalistik pengusaha yang pandai adalah yang membayar sekecil mungkin upah buruh untuk mendapatkan sebesar mungkin keuntungan.

Bagi kaum kapitalis tahap awal untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya adalah dengan menurunkan biaya produksi (termasuk upah buruh dan hak-hak normative buruh). Jadi untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya para pengusaha akan berupaya keras untuk membayar upah serendah mungkin dan juga di sisi lain pengusaha juga berupaya untuk mendapatkan hasil kerja buruhnya sebanyak mengkin.

Para pengusaha berkepentingan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari hasil kerja buruh. Sedangkan kepentingan kaum buruh adalah untuk mencapai kesejahteraan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan. Ini adalah dua kepentingan yang berbeda dan tidak bisa saling ketemu. Untuk mendapatkan dan mempertahankan kepentingan tersebut, masing-masing menggunakan berbagai cara sehingga muncullah perselisihan antara buruh dan pengusaha.

Sifat dan watak dasar kapitalisme
Akumulasi
Akumulasi secara harfiah dapat diartikan sebagai pengumpulan atau penumpukan modal, sedangkan secara istilah adalah suatu usaha pengembangan modal untuk meraih keuntungan yang nantinya keuntungan tersebut akan dijadikan modal lagi guna meraup keuntungan yang lebih besar lagi, dan begitu seterusnya.

Karena akumulasi yang terus menerus dilakukan oleh kaum pemilik modal (kapitalis) sehingga terjadi kelebihan modal di dalam suatu wilayah/negara, sehingga kaum kapitalis berusaha untuk memutar modal itu sendiri dengan cara mengalirkan modal tersebut keluar dari wilayah/negara. Dalam mengalirkan modal keluar negeri/wilayah, kaum pemodal sering mendapat hambatan-hambatan (misalnya Bea Masuk, Pajak, Situasi ekonomi dan politik yang tidak aman dan lain sebagainya) maka dengan itu kaum kapitalis mendorong pasar bebas/globalisasi. Agar modal mereka bebas mengalir kemana saja sehingga memperbanyak keuntungan.

Kepentingan para pemilik modal (kapitalis) untuk meng-akumulasikan modal inilah yang kemudian menyebabkan banyaknya pengusaha kecil dan menengah mengalami gulungtikar atau dengan kata lain mengalami kebangkrutan. Hal ini dapat mematikan kreativitas para pengusah kecil dan menengah yang jelas-jelas bersaing dengan para pemilik modal serta perusahaan yang lebih besar.Ambil contoh misalnya, seorang pengusaha korek api yang mempunyai modal kecil atau bisa dikatakan termasuk pengusaha kecil menengah, menjual hasil produksinya (berupa korek api) dengan harga Rp 1200,- yang itu dengan memperhitungkan faktor persaingan yang terjadi dilapangan, pengusaha kecil tersebut memberanikan diri mengambil keuntungan yang sangat kecil. tetapi apa lacur, barang-barang yang mereka tawarkan pada pasar ternyata kalah bersaing dengan korek api bensol produksi negara cina dengan harga yang jauh lebih murah yakni berkisar antara Rp 500,- perbuah atau Rp 1000,- untuk setiap pembelian tiga buah sekaligus.


Kenapa hal ini bisa terjadi, mari kita tengok kebelakang sebab musababnya. Pada dasarnya produksi korek api cina yang membanjiri pasar dalam negeri adalah barang over product yang terjadi di negara asalnya, tetapi karena atas dasar semangat dan watak akumulasi yang dimiliki oleh para kapitalis dengan modal besar inilah mereka masih tetap melakukan produksi demi tetap berlangsungnya akumulasi modal. Tetapi oleh karena pasar dinegara cina sudah kelebihan barang tersebut, maka mereka mencari pasar dinegara lain dengan cara mengekspor barang tersebut dalam jumlah besar. Karena mereka masih harus bersaing dengan pengusaha dari negara yang dituju, maka untuk dapat menguasai pasar dan mengenyahkan pesaingnya, mereka berani menjual murah barang produksinya dengan mengambil keuntungan yang kecil. Tetapi karena barang yang dimasukkan kepasar tersebut dalam jumlah yang sangat besar maka mereka (para kapitalis) masih mendapatkan keuntungan relative besar dan masih dapat menjamin tetap berlangsungnya akumulasi dari modal kapitalis tersebut. Efek dominonya adalah banyak pengusaha yang bermodal kecil mengalami kebangkrutan dan secara otomatis pasti mengakibatkan peledakan jumlah pengangguran.

Ekploitasi
Para kapitalis selalu ingin menumpuk modal sebanyak-banyaknya dengan pengeluaran biaya yang se-efisien mungkin tanpa harus melalui pengorbanan. Hal ini salah satu penyebab eksploitasi, yaitu penghisapan manusia secara tidak manusiawi. Manusia disejajarkan dengan mesin-mesin produksi yang syah untuk dibuang begitu saja setelah tidak produktif lagi (PHK Sepihak, Putus Kontrak dll). Seperti halnya dalam lingkungan perburuhan di negara kita yang masih saja ada kasus rendahnya upah buruh padahal buruh tersebut harus bekerja selama 8-12 jam perhari.

Selain itu, juga adanya eksploitasi alam yang sangat melampaui batas kewajaran tanpa melakukan upaya rehabilitasi, semakin melengkapi penderitaan para pekerja yang secara defacto terkena imbas langsung akan hal itu. Seperti peristiwa yang dialami oleh suku Amungne didaerah pedalaman Timika, mereka harus berjalan puluhan kilometer hanya untuk mendapatkan air. Hal ini diakibatkan karena banyaknya hutan-hutah yang telah dibabat habis dan gunung-gunung yang dibumihanguskan oleh salah satu perusahaan koorporasi multinasional yang berpusat di Amerika yaitu Freeport. Dan yang lebih tragis lagi bahwa sebagaian basar suku-suku yang berada di Timika menganggap bahwa gunung-gunung yang telah dibumihanguskan itu adalah tuhan mereka. Bisa dibayangkan seberapa tersiksa dan menderitanya hidup mereka, belum lagi jika anak-anak mereka bertanya “siapa tuhan kita, bu” ? maka, bisa dipastikan dengan hati yang merintih, menangis sejadi-jadinya dan dengan rasa perih dan pahit ditenggorokan ia akan mengatakan “Tuhan telah mati nak,mereka telah membunuh tuhan kita”.

Ekspansi
Dalam hal ini yang dimaksud adalah perluasan wilayah secara ekonomi. Setelah melakukan praktik akumulasi dan aksploitasi maka langkah selanjutya (bagi kapitalis) adalah yaitu melakukan ekspansi. Hal ini bertujuan selain untuk menjamin tetap berlangsungnya pengakumulasian modal, juga untuk memperkokoh basis kekuatan ekenomi yang dengan itu akan dapat menjamin bahwa tidak akan ada pengusaha lain yang dapat menyainginya, sehingga ia dapat dengan bebas untuk melakukan monopoli ekonomi.

Seiring dengan semakin kokohnya cengkraman kekuasaan moneter global para kapitalis dan untuk semakin mempertegas dominasinya terhadap perekonomian global, kemudian untuk menjalankan misi ekspansinya.Maka mereka (kapitalis global) menerapkan atau bahkan memaksakan suatu sistem ekonomi yang bersifat global yang dinamakan dengan globalisasi. Dalam banyak kasus yang terjadi di lapangan, globalisasi telah menghancurkan berbagai kebudayaan-kebudayaan lokal, merobek pasar-pasar di belahan bumi manapun, dan merobohkan dinding-dinding batas antar negara yang berdaulat. Tidak dapat dipungkiri memang, globalisasi telah terjadi pada masa lampau, tetapi globalisasi yang sekarang tidak bisa disejajarkan dengan globalisasi pada masa lampau. Tiga faktor yang membedakan adalah: Velocity, intencity, dan ektencity.


Oleh karena ketiga faktor itulah globalisasi menimbulkan dampak yang jauh lebih dahsyat melabrak dari pada masa lampau. Fenomena globalisasi adalah fenomena yang saat ini sungguh tidak dapat terelakkan. Televisi dan koran membawa berita-berita dari penjuru dunia kemeja, yang sebelumnya telah di seting sedemikian rupa sesuai dengan kepentingan para kapitalis global yang berkomplot dalam wadah perusahaan koorporasi. Bukan hanya berita perang, tetapi juga fashion, musik, olah raga, dan sebagainya. Orang kini bisa marah, sedih, dan gembira terhadap peristiwa-peristiwa yang tidak ia lihat dengan mata kepala sendiri.

Sementara itu produk-produk yang sejatinya tidak dibuat di tanah air, memenuhi rak-rak dan etalase. Mereka didatangkan dari berbagai macam penjuru dunia dari makanan, minuman, sepatu, baju, celana, sampai mobil mewah. Barang-barang tersebut bisa juga diproduksi didalam negeri dengan tujuan untuk menghemat biaya produksi dan biaya transportasi. Padahal perusahaan dalam negeri tersebut harus membayar merk lisensi kepada perusahaan asal.

Siapakah para kapitalis global tersebut?

Mereka adalah para spekulen uang yang jumlahnya tidak lebih dari 200.000 orang(termasuk juga George Soros, yang dengan aksi borong valuta-nya telah menenggelamkan dunia pada krisis moneter ,yang juga dirasakan negara Indonesia),kemudian juga sekitar 53.00 perusahaan multinasional(multi-national corporation). Dan juga harus ditambahkan pula institusi keuangan internasional, IMF (international Monetary Fund), dan Word Bank (WB).

Perlu diketahui bahwa lembaga keuangan ini didukung oleh WTO(Word Trade Organization).Kalau kita perhatikan bahwa pada masa 20-30 tahun yang lalu negara-negara terlibat dalan konfrontasi yang disebut dengan geo-politics, pada masa sekarang yang terjadi adalah konfrontasi geo-economics. Negara-negara kini berperang dengan mengerahkan pasukan mereka yang terdiri dari para pelaku bisnis internasional dan juga birokrasi yang mereka miliki. Strateginya secara keumuman masih sama dengan yang dulu yaitu membentengi negara sambil terus menyerang negara lain. Dan tentu saja negara-negara yang telah maju (AS,Jepang,Eropa barat) pasti memenangkan peperangan ini jika dibandingkan dengan negara yang belum maju ( Indonesia misalnya).

Akan tetapi seiring dengan makin kencangnya badai globalisasi berhembus, makin menggemuruh pula deru perlawanan terhadap globalisasi. Berbagai macam kelompok manusia bergabung secara bergelombang menderu menggemuruh menjadi kekuatan perlawanan terhadap globalisasi. Terbukti dalam setiap pertemuan dan konferensi tentang ekonomi global (G7, Word Bank, IMF, WTO,dan sebagainya) Terjadi pengumpulan ratusan ribu atau bahkan mencapai puluhan juta manusia (seperti yang terjadi di Sattle, Genoa, Praha, Davos, Bangkok, Argentina, dan lain sebagainya) turun kejalan menentang globalisasi.


Para demonstran yang amat militan itu tidak takut clash polisi dan tentara yang mengawal para kapitalis global. Wilayah-wilayah konferensi yang sebelumnya didesain dengan mewah dan bergengsi berubah menjadi semacam medan perang, barisan tentara disatu pihak dan barisan demonstran dipihak lain. Begitu banyaknya yang menjadi korban dari globalisasi: buruh, petani, intelektual, kaum perempuan, pejuang lingkungan hidup, kaum agamawan, dan lain sebagainya membuat mereka untuk bersatu padu dalam satu barisan melawan globalisasi. Semua saja yang terhempas oleh gelombang globalisasi pasti bergabung, bersatu menyingsingkan lengan baju dan menjadi seorang yang revolusioner. Perbedaan agama juga menjadi lumer dalam kaitan ini.Mereka terus bergerak, terus berteriak, terus melawan, terus mengembang dan membesar yang suatu saat pasti menggulung kapitalisme beserta badai globalisasinya.

Bersambung....

Tentang Unknown

WELCOME, website ini adalah media untuk memberitakan perjuangan organisasi rakyat dalam merebut dan mempertahankan haknya. Silahkan mengirimkan artikel ANDA lewat email redaksi : runingnews@gmail.com atau twitter: @RuningNews. Terima Kasih atas kunjungannya dan silahkan berkomentar, selamat berkunjung kembali.
«
Next
Newer Post
»
Previous
This is the last post.

Top